Jurnal Refleksi Modul 2.2

 

 

JURNAL REFLEKSI MODUL 2.2

Oleh : ENDAH PURWATININGSIH, S.Pd.Mat.

Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Banjarnegara

 

Jurnal Refleksi Modul 2.2 ini saya menggunakan Model 2

Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL)
Model ini dikembangkan oleh Ash dan Clayton (2009)

DESCRIPTION

WHAT

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan  secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa  di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat :

·         memahami, menghayati, dan  mengelola emosi  (kesadaran diri) menetapkan dan mencapai tujuan positif  (pengelolaan diri)

·         merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

·         membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)

·         membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

WHO

Sejalan dengan TRI Sentra Pendidikan, penerapan pembelajaran sosial dan emosional melibatkan :’

1.    Keluarga

keluarga berkolaborasi dengan Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam rangka mendukung perkembangan sosial dan emosional serta akademik murid

2.    Sekolah

Seluruh warga sekolah menghormati dan melibatkan murid sebagai pemimpin, pemecah masalah dan pembuat keputusan

3.    Masyarakat

Pendidik dan tenaga kependidikan bermitra dengan masyarakat guna pengupayaan dan inisiatif terkait Kompetensi Sosial dan Emosional

 

 

 

 

 

 

WHEN

KELUARGA & KOMUNITAS

Pelibatan kemitraan dengan orangtua:
Keluarga dan Pendidikan dan tenaga kependidikan sekolah memiliki kesempatan yang regular dan bermakna untuk membangun hubungan dan berkolaborasi untuk  mendukung perkembangan sosial, emosional dan akademik, murid

Kemitraan dengan komunitas:
Pendidik dan tenaga kependidikan dan mitra masyarakat menyelaraskan istilah, strategi, dan komunikasi yang sama seputar pengupayaan dan inisiatif terkait KSE, termasuk kegiatan di luar sekolah

Terbentuk sistem dalam upaya peningkatan berkelanjutan:
Data implementasi dan artefak dikumpulkan dan digunakan untuk memantau progress menuju tujuan dan terusmeningkatkan semua system, praktik baik, dan kebijakan terkait PSE dengan fokus pada kesetaraan

 

 

 

WHERE

Bukan hanya mencakup ruang lingkup kelas dan sekolah, namun juga melibatkan keluarga dan komunitas.  Hal ini sejalan dengan prinsip pendidikan Tri Sentra (Tiga Pusat Pendidikan) salah satu gagasan Ki Hajar Dewantara yang menerangkan bahwa pendidikan harus berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat

·         Indikator Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional

KELAS

Pengajaran  eksplisit:
Secara khusus, muurid memiliki kesempatan untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai  dan selaras dengan perkembangan budaya yang dimiliki

Pembelajaran akademik yang terintegrasi KSE:
Tujuan Kompetensi Sosial dan Emosional diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik,  musik, seni, dan pendidikan jasmani

Pelibatan dan Suara murid:
Seluruh warga sekolah menghormati dan meningkatkan berbagai perspektif dan pengalaman murid, dengan melibatkan murid sebagai pemimpin, pemecah masalah, dan pembuat keputusan 

SEKOLAH

Iklim kelas dan sekolah yang mendukung:
Lingkungan belajar  di seluruh sekolah dan kelas mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional, responsif secara budaya, dan berfokus pada upaya membangun hubungan dan komunitas

Berfokus pada KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK):
Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan secara reguler untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional budaya mereka sendiri, berkolaborasi satu sama lain, membangun hubungan saling percaya, dan memelihara komunitas yang erat

Kebijakan yang mendukung:
Kebijakan dan praktik pendisiplinan dengan instruksi yang jelas, restorative, sesuai dengan perkembangan anak dan diterapkan secara adil

Dukungan terintegrasi yang berkelanjutan:
Pembelajaran sosial dan emosional terintegrasi dengan mulus ke dalam rangkaian dukungan akademik dan perilaku dengan menyediakan kesempatan untuk  memastikan semua kebutuhan murid terpenuhi

KELUARGA & KOMUNITAS

Pelibatan kemitraan dengan orangtua:
Keluarga dan Pendidikan dan tenaga kependidikan sekolah memiliki kesempatan yang regular dan bermakna untuk membangun hubungan dan berkolaborasi untuk  mendukung perkembangan sosial, emosional dan akademik, murid

Kemitraan dengan komunitas:
Pendidik dan tenaga kependidikan dan mitra masyarakat menyelaraskan istilah, strategi, dan komunikasi yang sama seputar pengupayaan dan inisiatif terkait KSE, termasuk kegiatan di luar sekolah

Terbentuk sistem dalam upaya peningkatan berkelanjutan:
Data implementasi dan artefak dikumpulkan dan digunakan untuk memantau progress menuju tujuan dan terusmeningkatkan semua system, praktik baik, dan kebijakan terkait PSE dengan fokus pada kesetaraan

 

 

WHY

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah sangat penting yang harus membawa perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap saya di kelas sebagai pemimpin pembelajaran karena urgensi Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman  agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.

Pembelajaran Sosial Emosional meliputi lima Kompetensi Sosial dan Emosional yaitu:

a.       kesadaran diri

adalah kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan  bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan

b.       manajemen diri

adalah kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam  berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi

c.        kesadaran sosial

adalah kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati   dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda

d.       keterampilan berelasi

adalah kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan- hubungan yang sehat dan suportif

e.       pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

 adalah kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok

Well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia.

Well-being murid yang optimal adalah keadaan emosional yang berkelanjutan (relatif stabil) yang ditandai dengan sikap dan suasana hati yang secara umum positif, relasi yang positif dengan sesama murid dan guru, resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan diri yang tinggi berkaitan dengan pengalaman belajar mereka di sekolah.

Sebagai dasar pengembangan lima Kompetensi Sosial Emosional  (KSE) adalah pemahaman tentang konsep kesadaran penuh (mindfulness) yaitu merupakan segala aktivitas yang kita lakukan secara sadar. Apapun bentuk aktivitasnya yang ditekankan adalah perhatian yang diberikan saat melakukan aktivitas tersebut. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas. Salah satu teknik menyadari dan melatih napas adalah Teknik STOP. Teknik ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, dan tanpa membutuhkan peralatan.

 

HOW

Sedangkan implementasi Pembelajaran Sosial Emosional di kelas dan sekolah dapat dilakukan melalui 4 indikator, yaitu:

a.      pengajaran eksplisit

adalah Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit  memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang  kompetensi sosial dan emosional  dengan cara yang sesuai  dan terbuka dengan keragaman budaya.

Pelaksanaan : dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.

Pendidik dapat menggunakan berbagai proyek,  acara atau  kegiatan sekolah  yang rutin  untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit.

b.      integrasi dalam  praktik mengajar guru dan kurikulum akademik

yaitu dalam 3 bagian  Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) :

1.         Pembukaan hangat: antara lain dengan memberikan kesempatan     pada  murid untuk berbicara, mendengarkan aktif, memungkinkan interaksi, menciptakan rasa memiliki, dapat menumbuhkan salah satu kompetensi sosial dan emosional

2.         Kegiatan inti yang melibatkan: antara lain dengan melakukan diskusi akademik, pembelajaran kooperatif,  pembelajaran berbasis proyekrefleksi diri dan penilaian diri, pemberian suara dan pilihan

3.         Penutupan optimistik: antara lain dengan refleksi, apresiasi, dan cara-cara positif lainnya untuk memperkuat pembelajaran

 

c.       penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah

1.      melalui praktik guru dan gaya interaksi mereka dengan murid dengan membangun keyakinan kelas dan harapan sekolah.

2.      menciptakan lingkungan yang memprioritaskan kualitas relasi antara guru dan murid

3.      melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat merangkul keberagaman dan perbedaan, melibatkan murid,  dan menumbuhkan  optimisme.            

 

d.      penguatan pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah dengan :

1.      Memodelkan (menjadi teladan)

(i)                 menerapkan kompetensi sosial emosional  dalam peran dan tugas

(ii)               menciptakan budaya mengapresiasi

(iii)             menunjukkan kepedulian

 

2.      Belajar:

(i)                 membiasakan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi

(ii)               berkolaborasi di tempat kerja

(iii)             mempelajari kemungkinan adanya bias terkait dengan  literasi budaya

(iv)             mengembangkan pola pikir bertumbuh

(v)               memahami tahapan perkembangan murid

(vi)             meluangkan waktu untuk melakukan self-care (perawatan diri) 

(vii)           mengagendakan sesi  berbagi praktik baik

3.      Berkolaborasi:

(i)                 membuat kesepakatan bersama-sama

(ii)               membuat komunitas belajar professional

(iii)             membuat sistem  mentoring rekan sejawat

(iv)             mengintegrasikan kompetensi sosial emosional dalam pelaksanaan rapat guru

(v)                HOW implementasi

(vi)               

(vii)            Pencapaian PSE :

(viii)         Dengan mencermati diagram  hasil di atas, kita semakin memahami urgensi  PSE, yaitu peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. PSE memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.

(ix)              Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia.

 

 

(x)               

 

I.                    Kaitan pembelajaran sosial dan emosional dengan modul-modul sebelumnya :

1.      Kaitan Pembelajaran Sosial dan Emosional dengan Filosofi Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara

 

Salah satu Kompetensi Sosial dan Emosional adalah pengambilan keputusan yang bertanggung jawab yaitu kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well being = sehat, nyaman, bahagia) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok.

Dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional maka pendidik akan dapat menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada murid-murid sehingga mereka  sebagai  manusia dan anggota  masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Dengan demikian akan tercapai target ketercapaian pembelajaran karena :

a.      guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di kelas  karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid.

b.      adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan, pelanggaran hukum, dan kesehatan mental.

2. Kaitan Pembelajaran Sosial dan Emosional dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak

Implementasi Pembelajaran Sosial Emosional di kelas dapat dilakukan dengan   pengajaran eksplisit yang memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang  kompetensi sosial dan emosional  dengan cara yang sesuai  dan terbuka dengan keragaman budaya. Pelaksanaannya dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler, misalnya berbagai proyek,  acara atau  kegiatan sekolah  yang rutin  untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit. Hal ini selaras dengan nilai dan peran guru penggerak untuk memainkan perannya sebagai pemimpin pembelajaran.

2.      Kaitan Pembelajaran Sosial dan Emosional dengan Visi Guru Penggerak

Dengan Pembelajaran Sosial dan Emsosional maka kita akan dapat mencapai kondisi  yang lebih baik melalui pendekatan Inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA karena salah satu hal dalam pendekatan Inkuiri Apresiatif adalah :

a.      menemukan hal positif pada diri seseorang, hal ini selaras dengan kompetensi Sosial dan Emosional yaitu kesdaran diri, manajemen diri dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

b.      berfokus pada upaya kolaboratif, hal ini selaras dengan kompetensi social dan Emosional yaitu keterampilan berelasi dan kesadaran social.

 

3.      Kaitan Pembelajaran Sosial dan Emosional dengan Budaya Positif

Salah satu implementasi Pembelajaran Sosial dan emsosional di sekolah adalah penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah yaitu :

a.    melalui praktik guru dan gaya interaksi mereka dengan murid dengan membangun keyakinan kelas dan harapan sekolah.

b.    menciptakan lingkungan yang memprioritaskan kualitas relasi antara guru dan murid

c.    melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat merangkul keberagaman dan perbedaan, melibatkan murid,  dan menumbuhkan  optimisme

Sehingga Pembelajaran Sosial dan Emosional akan mendukung terciptanya lingkungan positif yaitu budaya positif yang membentuk karakter menjadi pribadi bahagia, mandiri, dan bertanggung jawab.    

4.      Kaitan Pembelajran Sosial dan Emosional dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Salah satu implementasi Pembelajaran Sosial dan emosional dengan integrasi dalam  praktik mengajar guru dan kurikulum akademik, yaitu dalam 3 bagian  Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) :

a.      Pembukaan hangat: antara lain dengan memberikan kesempatan     pada  murid untuk berbicara, mendengarkan aktif, memungkinkan interaksi, menciptakan rasa memiliki, dapat menumbuhkan salah satu kompetensi sosial dan emosional

b.      Kegiatan inti yang melibatkan: antara lain dengan melakukan diskusi akademik, pembelajaran kooperatif,  pembelajaran berbasis proyekrefleksi diri dan penilaian diri, pemberian suara dan pilihan

c.       Penutupan optimistik: antara lain dengan refleksi, apresiasi, dan cara-cara positif lainnya untuk memperkuat pembelajaran

Dengan integrasi tersebut sangat memungkinkan pendidik untuk menerapkan  Pembelajaran Berdiferensiasi baik diferensiasi konten, proses dan produk sehingga terpenuhi kebutuhan murid yaitu kesiapan belajar, minat dan profil belajar yang akan mendukung terlaksananya penilaian yang berkelanjutan baik penilaian formatif maupun  sumatif.

Examination

II.                  Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa :

1.      Pembelajaran Sosial dan Emosional hanya dapat saya lakukan secara tersirat dalam pembelajaran

2.      Pembelajaran Sosial dan Emosional tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil belajar murid

3.      Pembelajaran Sosial dan Emosional tidak begitu bermakna untuk perkembangan murid

 

Setelah mempelajari modul 2.2. Pembelajaran sosial dan emosional, ternyata :

 

 

1.         Pembelajaran Sosial dan Emosional dapat terintegrasi dan tersurat dalam  Rencana Pelaksanaan pembelajaran serta tersurat dalam Pelaksanaan Pembelajaran.

2.         Pembelajaran Sosial dan Emosional berbanding lurus dengan hasil belajar murid

3.         Pembelajaran Sosial dan Emosional sangat bermakna untuk perkembangan murid melalui komentar yang aktif konstruktif.

 

III.                Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being),  3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:

a.      Pengajaran Eksplisit

b.      Integrasi dalam  praktik mengajar guru dan kurikulum akademik

c.       Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah

 

 

Articulation of Learning

yang sudah dipelajari dan akan dilakukan yang akan datang

IV.                Berkaitan dengan no IV, perubahan yang akan saya terapkan di  kelas dan sekolah:

a.      bagi murid-murid:

Mengkondisikan penumbuhan Kompetensi Sosial dan Emosional yang optimal yaitu kesdaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dengan menerapkan pengajaran eksplisit, integrasi dalam  praktik mengajar guru dan kurikulum akademik dan penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah

 

a.      bagi rekan sejawat:

(i). Berkolaborasi dengan teman sejawat untuk menciptakan budaya positif di     sekolah

(ii). Pembiasaan melakukan refleksi bersama sehingga akan tercipta kondisi  bersama-sama menjadi pembelajar sepanjang hayat

(iii).  Dengan kolaborasi yang sehat dan positif serta menjadi pembelajar sepanjang hayat maka diharapkan bersama-sama akan menjadi teladan bagi lingkungan terutama bagi murid

 

---SALAM BAHAGIA, TERGERAK, BERGERAK, MENGGERAKKAN---

 

 

Top of Form

Komentar